Kamis, 20 Desember 2012

REVOLUSI PEMIKIRAN TENTANG IDENTITTAS KAPITAN PATTIMURA




                                              Oleh :Sofyan Marasabessy,SP

Pengantar

Assalamu’alaikum Wr,Wb dan Salam Sejahtera bagi kita semua..!

Segala puji dan syukur penulis  haturkan keharibaan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kehendaknya sehingga penulis  berkesempatan menyelesaikan tulisan ini. Dan melalui tulisan ini, penulis tidak mendahului kehendak Tuhan dengan akan tibanya kebenaran,  Bahwa dengan penuh rasa keyakinan skaligus  mengajak  kita semua untuk yakin dan percayatentang akan tibanya sosok manusia hidayah yang dikehendaki Tuhan untuk menjalankan titah Kebenaran kepada seluruh umatmanusia sebagaimana keterangan yang tertuang dalam Kitab-kitabagama wahyu.Mungkin disitulah saatnya akan  meluruskan berbagai informasi atas kebenaran Ilmu Tuhan dan setiap asal muasal manusia serta para tokoh  handal di Nusantara  yang terjadi pada masa lalu sebagai peletak peradaban yang selalu menjadi sajian perdebatan tentang hak kepemilikan kebenaran dari sudut pandang satu golongan agama dan suku, terutama rahasia keberadaan Maluku dengan ketokohan seperti Kapitan Pattimura dll.
Jaditidaksalah, ketika penulis mencoba membuat  bahan   informasi sebagai gambaranperihalpersoalan hak kepemilikan identitas Kapitan Pattimura yang selama ini selalu mejadibahan kajian, tetapi masihpada tingkat persoalan yang tak berujung pangkal.Penulis tidak bermaksud menyalahkan sapa dan siapa, namun semata-matamembawa kejernihan pemikiran sebagai insan manusia anak Maluku untuk jujur meletakan serta menjelaskanyang sebenarnya kepada publikmenuju sumber kebenarannya.
A. Dasar Pemikiran
Dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa dan suku-suku di dunia, manusia senantiasa berjuang untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan zaman, sambil tetap berusaha memelihara serta mempertahankan sistem nilai kepercayaan (kebenaran, keadilan, keyakinan, kepastian) dan nilai-nilai (persatuan, keutuhan, keteraturan, keanekaragaman, dan keterbukaan) yang  diyakininya, agar masyarakat tetap berlangsung tanpa kehilangan identitasnya. Kepercayaan dan nilai-nilai itulah yang kemudian membentuk sikap perilaku hidup seseorang, yang tercermin pada kebebasan dalam perilaku hidup sehari hari dalam suatu masyarakat tempat manusia hidup bersama-sama dalam berbagai ikatan serta hubungan dengan aneka ragam tujuan dan kepentingan suatu agama dan budaya sebagai sebuah jalan hidup (way of life) adalah suatu warisan sosial yang terbentuk atas pengalaman dan fakta perjalanan sejarah.                                                                 
Sementara sejarah kalau di arahkan dalam konteks budaya politik, maka dapat diartikan sebagai rangkaian kepercayaan dan perilaku yang berkaitan dengan kehidupan politik yang menegaskan tentang apa yang benar atau apa yang salah, mana yang baik atau mana yang buruk, yang seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan dalam politik atas  kepentingan suatu perilaku terutama terhadap suatu ungkapan sejarah. Budaya politik suatu bangsa dan suku-suku   dapat terlihat dalam kecenderungan perilaku  yang tampak dalam kehidupan politik masyarakat secara umum terhadap batasan-batasan mengenai apa yang seharusnya dan yang tidak seharusnya dilakukan, terutama dalam moment situs agama, adat istiadat setempat atau norma-norma kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat sering  dimanfaatkan  ketika kita mengadopsi suatu kepentingan.
Bahkan secara khusus, ia terkadang tampak pada perilaku kelompok tertentu yang memiliki kekuatan dan pengaruh dominan secara politik, maka budaya politik pada hakekatnya  merupakan lingkungan psikologis tempat dimana kegiatan - kegiatan politik berlangsung yang harusnya bersyarat pada kebenaran dan penuh keadilan dalam membangun sistem kearifan lokal, dan bukan melahirkan sebuah moment  yang penuh dengan syarat  rekayasa.
Manusia dalam perjalanan hidup tentunya akan berhadapan dengan bebagai persoalan, baik itu bersifat positif ataupun yang bersifat negatif, dan sebagai masyarakat sosial kita selaku manusia selalu dituntut agar dalam setiap interaksinya, seyogyanya dapat mengeluarkan energi positif yang dapat berrmanfaat bagi manusia yang lain  dan alam sekitarnya. Begitupun sejarah perjalanan manusia sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, bahwa sudah tentunya kita harus punya bukti kepemilikan sejarah perjalanan hidup, yang kemudian dari bentuk sejarah itulah dapat dijadikan contoh terhadap orang lain dalam setiap periodesasi sejarah.
Kudrat kita sebagai anak manusia, tentu dalam fakta emperis akan selalu   diperhadapakan  dengan berbagai dinamika kehidupan yang beragam yang terjadi dalam berbagai aspek, faktanya sekarang adalah  kita lagi diperhadapkan oleh arus globalisasi dunia, tentunya kita dituntut secara moral dan beretika untuk selalu membangun bingkai kebersamaan antar umat manusia dalam kehidupan beragama dalam suatu lingkungan yang pluralitas untuk selalu mengedepankan rasa keadilan dan kebenaran yang dinamis.
 Terutama sebagai anak negeri Maluku yang dilatarbelakangi oleh berbagai bentuk kemajemukan pola budaya dan adat istiadat adalah khazanah keindaahan dari Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai wujud  amanah untuk dijaga dan dilestarikan secara bersama dengan sebaik mungkin, sehingga kita tidak mudah  terkikis oleh arus zaman, lagi pula kita tidak boleh terjebak didalamnya ibarat menciptakan terali bagi diri kita sendiri.
Tulisan yang berjudul  “Revolusi Pemikiran Tentang Identitas Kapitan Pattimurah”  Ini sengaja dituangkan ketika penulis melihat pada pijakan sebuah  situasi yang menjerat anak bangsa Maluku ini berada pada satu kondisi yang memprihatinkan, tidak seperti indahnya nuansa masa lalu, masa dimana setiap orang saling hidup berdampingan di tengah pluralitas, yang berbeda dalam aktivitas agama, budaya dan suku. Sebuah situasi seakan nyawa manusia tidak lagi bernilai, keberpihakan dan diskriminasi mendominasi tujuan paradigma pembangunan terutama manusia.
Untuk itu sebagai konsekuensi dalam memulai tulisan ini, kita harus menyepakati bahwa sesungguhnya kehadiran tokoh Kapitan Pattimura bukan hanya untuk segolongan agama, daerah dan suku, tapi keberadaannya untuk kesalamatan manusia di bumi Maluku bahkan di Nusantara dari berbagai ancaman radikalisme bangsa kolonial yang kapitalis.
Melihat berbagai  kontraversi yang dituangkan pada beberapa  tulisan atau artikel menyangkut   hak kepemilikan  identitas  Kapitan Pattimura, secara keseluruhan  penulis dapat menilainya seperti sajian yang  kesannya begitu  dramatis. Masing-masing penulis disetiap tulisannya selalu mengedepankan sifat radikalisme kedaerahan dan golongan agama, apakah maksud dari semua ini. kutipan sebagai berikut :
1.    Fakta sejarah menarik yang saya baca di http://mangeben.multiply.com/journal/ item/78, bahwa nama asli dari Thomas mattulessy adalah Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, dia berasal dari seram selatan  (bukan dari saparua)  Saya sendiri belum tau mana yang benar karena versi pemerintah masih seperti yang mas Krisna02 tulis, cuman kayaknya lebih bagus diadakan penelitian sejarah ulang supaya jelas siapakah beliau ini.
2.    Ia (Pattimura) dilahirkan dengan nama Ahmad Lussy. Ahmad Lussy dalam bahasa Maluku diucapkan dengan nama Mat Lussy untuk mempermudah pengucapan. Beliau  lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Saparua seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Ia bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali. Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.Ira Masby-PATTIMURA-Mujahid Islam dari Maluku.September,18-2010.
3.    Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik  Kristen. Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.  (Fisan.wordpress.com/2006/ Sejarah)
4.    Menurut buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan". (wikipedia.org/wiki/ pattimura).
5.    Di Maluku mengenal marga atau Fam Matulessy bersal dari desa Ulath, dan desa itu kkristen dan bukan Muslim. (Siwa^Lima@DalNet Servert  Freddie – Desember 6.2006@1.59 am).
6.    Fakta sejarah menarik yang saya baca di http://mangeben.multiply.com/journal/ item/78, bahwa nama asli dari Thomas mattulessy adalah Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, dia berasal dari seram selatan  (bukan dari saparua)  Saya sendiri belum tau mana yang benar karena versi pemerintah masih seperti yang mas Krisna02 tulis, cuman kayaknya lebih bagus diadakan penelitian sejarah ulang supaya jelas siapakah beliau ini.
7.    Thomas Matulessy adalah seorang kesatria keturunan dari keluarga besar Matulessia (Matulessy) yang tidak lain masih bersaudara dengan raja Maluku (kata “Maluku” berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Raja, oleh karena pedagang Arab lebih dulu menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau Maluku dan mereka mengenal Maluku sebagai Jaziratul Mulk yang berarti Kepulauan Raja-Raja). Ia yang selama ini dikenal sebagai seorang Kristen, ternyata adalah seorang muslim. Karena seluruh keturunan Ambon yang bermarga Matulessy adalah Muslim. sejarah.info/2011/11/sejarah-kapitan-pattimura.html
8.    Drs. Puttihena dalam tulisan tentang Sejarah Pattimura menjelaskan bahwa nama dari Kapitan Pattimura  itu adalah Ahmat Paria Pakalessy bukan Thomas Matulessy.
Dengan berbagai literatur pada kutipan diatas, sangatlah jelas terdapat titik kelemahan secara yuridis untuk menjustifikasi terhadap hak kepemilikan Kapitan Pattimura dalam satu golongan agama, suku atau negeri. Dengan Kondisi tersebut, turut mendorong penulis untuk mencari kejelasan yang sebenarnya. Olehnya itu sebagai deskriptif rujukan, penulis akan menggunakan pendekatan  metodelogi sejarah peradaban Maluku  sebagai acuan inspirasi untuk mendapatkan  gambaran hak kepemilikan identitas Kapitan Pattimura. Dan kalupun masih terdapat kekeliruan mohon kiranya diluruskan pada kebenarannya. Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa meridhai Kita Semua.. Amiin.
B. Dekonstruksi Pemikiran
Risalah sejarah perjuanganKapitan Pattimura yang merupakan bagian dari sejarah peradaban masa laluadalah suguhan cerita yang  begitu besejarahbagi masyarakatMaluku dan Indonesia. Cerita iniibarat lukisan seorang  seniman yang bertahta di setiap hati atas sebuah maha karya yang indah, yang nilainya tidak pernah usang sepanjang masa. Itulah sejarah ketokohan Kapitan  Patimura  yang begitu  dibanggakan sebagai konsepsemangat di bumi Maluku, sebagaimana  oleh para tokoh-tokoh muda di negeri ini  yang telah merancang masa depan wilayah Maluku, yang didesain dalam momen  terpanting dengan nama Bumi Maluku diidentikan atas dasar perjuangan Tokoh Kapitan Pattimura dengan nama  Bumi Pattimura.
Rasanya Patut kita bersyukur akan ni’mat itu, karena  dengan segala kehendak Allah SWT jualah, telah dilahirkan keberadaan sosok manusia handal dimasa lalunamanya Kapitan  Pattimura, yang hadir dengan menciptakan warna sejarah peradaban sebagai sifat manusia yang patut di teladani dalam titah perjuagannya. Yang justru karena itulah sungguh tidak salah, ketika kepribadian sosok manusia handal itu dianugrahkan kepada bangsa Maluku untukdijadikan sebagai logo perjuangan masa depan generalisasi anak-anak Maluku di berbagai spektrum pembangunan dimasa akan datang. Sebagaimana pula kalimat-kalimat yang selalu menjadi sajian semangat adalah dengan ungkapan “Bangkitlah Pattimura-Pattimura Muda”.
Berbagai Tulisan tentang sejarah perjuangan Kapitan Pattimura sesungguhnya telah banyak direferensikan oleh para ahli sejarah, tetapi yang menjadi persoalan adalah, kenapamasih terjadi perbedaan pemikiran tentang hak kepemilikan identitas Kapitan Pattimura yang tidak bersandar pada fakta yang sebenarnya. Pertanyaannya adalah apakah ada faktorkesengajaanyang dibuat oleh kelompok tertentuatau ada kepentingan lain dalam hegemoni budaya yang ada di Maluku.Kondisi ini secara otomatis dapatmembingungkan anak cucu masyarakat Maluku  terutama para pecinta sejarah.
Dengan demikain wajar saja ketika terjadi Opini  silang pendapat yang tak berhujung,telah mewarnai hiruk pikuk jalannya suatu proses budaya Malukuyang nilainya telah terkikis.Kenyatannya bahwa dengan berbagai konspirasi pemikiran yang dibangun, telah mencedarai tujuan hierarki persatuan serta rasa kebersamaan, padahal suatu landasan kebenaran adalah merupakan momentum penataan tata ruang integritas kehidupan beragama dan berbudaya di Maluku.
Dalam perspektif penafsiran, terjadimuatan konspirasitentang asal muasal identitas Kapitan Pattimura. Maka konsep ikatan pela gandong hanyalah sebagai nyanyian sandiwara. Karena tanpa disadari, kita telah mengingkari apa yang menjadi amanah para petuah negeri ini. Penulis  kuatirkan, jangan hanya kepentingan diplomasi global untuk memenuhi segala maksud dan tujuan, akhirnya kitamelupakan Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasaatas segala khazanah ciptaannya.
Marilah kita jujur bahwa apa yang pernah kitaperbuat untuk  generasi kita tanpa ada diskriminasi, disharmonisasi, disintegrasi dan lain sebaginya?. Dimanakah letak jiwa kita, kalau kitamemiliki darah biru Pattimurah?. Dalam perspektif kebenaran bahwa kebenaranitu mutlak, yang tidak boleh direkayasa oleh siapapun. Hanya manusia yang memiliki talenta hidayah yang mampu dalam meletakan kebenaran.Keberadaan identitas Kapitan Pattimutra itu sebenarnya harus diletakkan dalam bingkai perjalanan budaya.Penulis kembali mengamati dari sisi historiorisasi penulisan sejarah,bahwa ada kesan dari pendidikan kolonial yang selama dibangun.
Dalam perspektif analogi bahwa, Ada kausalitas antaraawal  dan akhir ketika menggunakan pendekatan garis silsilah. Dalam antropologi budaya, bahwa manusiatentu mempunyaisejarah masa lalu, yang sudah diproses dari titah perintis negeri ini.Perlukita maknai setiap kosa kata ataupun istilah yang dipakai dalam mengungkapkan informasi terhadapi fakta kebenaran tentang identitas Kapitan Pattimura.
Penulis sadar bahwa artikel ini tentunya akan mengundang reaksi dari berbagai pihak. Tetapi yang jelas tulisan ini  tidak terbawa oleh suatu arus kepentingan.Hanya dengan satu tujuan yaitu hanya memberikan pandangan pemikiran sekaligus  mengajak kita semua untuk kembali mentelaah sebuah proses kebenaran. Siapakah sesungguhnya sosok Kapitan Pattimurah tesebut?. Benarkah seperti yang selama ini diungkapkan, ataukah ada kekeliruan dalam pengungkapan sejarah?. Mudah-mudahan dengan segala ketulusan dan keikhlasan serta kejujuran  kita dalam penulisansejarah yang benar, Insya Allah, negeri yang kita cintai ini  mendapatkan rahmat dan keselamatan.
C.Ruang Lingkup Kajian.
1. Defenisi operasional danPengertian Kapitan Pattimura
Kata “Kapitan”  dalam kamus bahasa Arab asal kata “Kiifaatan” yang artinya kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT  kepada seseorang sebagai “Keebal diri” yang berlaku secara alamiah. Kata “Pattimura” secara terminologiterdiri dari dua kalimat yaitu “Patti” dalam konteks pemerintahan artinya kedudukan atau pimpinan yang dipercayakan kepada seseorang.Kata “Murah” artinya orang yang penuh bijaksanayang salalu bermurah hati. Jadi “Kapitan Pattimura” artinya manusia kebal yang  menjadi pemimpin yang bijaksana dan murah hati. Maka secara rasionalisasi pemikiran bahwa Kapitan Pattimura itu sesungguhnya gelar yang diberikan dan bukan identitas yang sebenarnya.Sebagaimana kutipan berikut :
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak,. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.  Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam,  kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci, bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/ silsilah/ keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itubermula.
2. Azas Peletak DasarSejarah Peradaban Maluku
Firman Allah SWT, Q.S.Al-Mulk :1yang berbunyi :“Tabarakalladji biyadihil mulk wahuwa alaa kulli syai’in qadiir”. Artinya : Maha Suci Allah, yang ditangan-Nyalah segala Kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Pokok-Pokok isi dari keseluruhan Surat  AL-Mulk  yang    berjumlah 30 ayat, dimaksudkan adalah :
-      Hidup dan mati adalah ujian bagi manusia. Allah menciptakan langit berlapis-lapis dan semua ciptaan-Nya mempunyai keseimbangan, perintah Allah SWT untuk memperhatikan isi alam semesta, azab dan ancamankepada orang-orang kafir dan janji Allah kepada orang-orang mukmin, Allah SWT menjadikan bumi sedemikian rupa,hingga mudah bagi manusia untuk mencari rezki. Peringatan kepada manusia tentang sedikitnya orang-orang yang bersyukur kepada nikmat Allah SWT.

Surat AL-Mulk menunjukkan bukti-bukti kekuasaan,terhadap kekuasaan Allah SWT yang terdapat di alam semesta. Dan menganjurkan agar  manusia memperhitungkannya dengan seksama sehingga mereka beriman kepada-Nya, bilamana manusia itu tetap mengingkari, Allah akan menjatuhkan azab kepada mereka. Janji Tuhan dalam kitab-kitab, bahwa atas perkataan manusia Tuhan Maha Mendengar mustahil Tuhan itu tuli, dan atas perbuatan manusia Tuhan itu Maha Mengetahui mustahil Tuhan itu buta.
Dalam konteks sejarah peradaban telah jelaskan bahwa Maluku adalah wilayah Jazirah AL-Mulk,yang berasal dalam kata bahasa Arab yaitu:AL-Mulk yang artinya Kerajaan atau Kekuasaan. Jadi arti daripada  Jazirah AL-Mulk adalah letaknya pulau-pulau atau letaknya negeri-negeriKerajaan atau Kekuasaan. Artinya bahwa Maluku ini telah hadir sosok sosok pemimpin (raja-raja) yang handal ribuan tahun silam  yang melakukan syi’ar  agama Islam.
Tentu kesemuanya bertujuan untuk meletakan kebenaran ilmu Ilahi Rabbi di tengah-tengah manusia yang masih berfaham animisme.Sejarah peradaban budaya perkembangan Islam di wilayah Maluku telah diwarisi atas agama Ilahi yaitu Islam dengan rekomendasi peletakan ratusan negeri atau kampung dengan  beragam macam budaya adat dan bahasa.
Bukt-bukti Arkeologi yang dapat memperkuat tulisan ini adalah dengan munculnya   Karamah sosok manusia suci lagi pula Mulia Sang Imamah Datuk Zainal Abidin Waliyallah 266 H di salah satu negeri di Maluku tengah.Karamahartinya,sebuah kemuliaan dimana Allah SWT telah mengangkat derajat seorang manusia yang suci.
3.  Historiosasi awal pertumbuhan Islam 
Berdasarkan cerita tokoh-tokoh adat Hatuhaha yang terkutip dari buku-buku  tua bahwa Imam Suci Datuk Zainl Abidin Waliyaallah menyiarkan agama Islam pada abad Ke dua di Maluku. Dalam syiarnya beliau didampingioleh tiga kapitaan. Dan  disetiap wilayah atau daerah yang menjadi pelabuhan syiar Islam,mereka  selalu menggunakan identitas lain (gelar). Sehingga sangat sulit untuk diketahui identitas mereka yang sebenarnya.
Dalam versi  sejarah Hatuhaha sang Imamaah di dampingi tiga Kapitan  (nama gelar): (1). Kapitan Pariya Akipai, (2). Kapitan Puriyasa  (3). Kapitan Seipatti Rimba Kabaressi, dan dikawal oleh salah satu manusia ghaib yaitu Raja Jin Alaqa. Bahkan, peristiwa tersebut direfleksikan sebagai warisan budaya, dan metodologi syiar Islam di Maluku dalam versi yang berbeda.
Nikolas Yosef  yang menulis bahwa Daerah yang telah menerima Agama Islam  Dengan kedatangan Datuk Zainal Abidin di Jazirah Uli Hatuhaha pada tahun 1385 Miladiyah sebagai penyiar agama Islam banyak membawa perubahan sehingga pada tahun 1410-1412 Miladiyah agama Islam diterima secara bulat oleh masyarakat Amarima Lounusa (Kailolo, Pelauw, Kabauw, Rohomoni dan Hulaliu) - Anakmaluku blogspot.com/2010/01/Sejarah Negeri Hulaliu.Meskipun demikian,  tidak mengurang permohonan maaf dan rasa hormat saya bahwa sumber  ini terdapat sedikit kekeliruan dalam menetapkan tahun masuknya Agama Islam di Hatuhah, karena ini  tidak relevan dengan alur budaya masyarakat Hatuhaha yang berlaku hingga sekarang.
Singkat kata, keturunan dari beliau, Imam suci  telah menaburkan benih benih Adam di Nusantara ini pula. Konsep kongkrit bahwa dari keturunan beliulah,  munculah  Raja-Raja di Maluku dengan membentuk berbagai kerajaan-kerajaan Islam seperti Keraajaan Islam Hatuhaha di Kecamatan Pulau Haruku, Kerajaan Kapahaha  di Kecamatan  Leihitu, Kerajaan Huamual di Seram, Kerajaan Iha Uru Paru di Saparua, Kerajaan  Lauwmeti di Ternate, Kerajaan Goa di Makassar, Kerajaan Buton di Sulawessi Tenggara dll. (Baca : Revivalisme Islam dalam Perspektif Pemerintahan Para Raja di Jazirah Al-Mulk : Abdullah Marasabessy, SPd.I)
Berdasarkan sedikit uraian dari konsep risalah seperti yang dituangkan diatas, membuktikan bahwa sebelum terjadi perang Kapitan Pattimura  di Maluku telah terjadi beberapa perang besar seperti Perang Alaka di Hatuhaha, Perang Hitu di Leihitu, Perang Huamual di Pulau Seram.(Baca :Tulisan Drs.Husni Putuhena : Tentang Sejarah Perang Kerajaan Islam melawan Portugis di Maluku)
Perang-perang ini terjadi akibat sebuah reaksi dari kerajaan-kerajaan Islam atau negeri-negeri adattersebut terhadap upaya mempertahankan eksistensi keislaman yang telah dibangun di Maluku saat itu, yang sengaja dirongrong oleh bangsa Portugis dan VOC Belanda di bumi Maluku dengan menjalankan tiga misi besar yakni :
1.    Agama (Ghospel)
2.    Petualangan (Glory)
3.    Kekayaan (Gold)
Akibatnya,proses Krestenisasi terhadap negeri-negeri Islam di Maluku seperti Negeri Waai di kecamatan Salahutu, Negeri Hulaliu yang terlepas dari 5 (lima) Negeri Islam yang trend dalam bahasa peradaban yaitu Kerajaan Islam Uli Hatuhaha di Maluku Tengah. Negeri Latuhalat, Negeri Soya, Negeri Passo, Negeri Halong, Negeri Latta dan Negeri Ema di kota Ambon.Kemudian meluas ke Pulau Seram seperti Negeri Kaibobu, Negeri Kamariang, Negeri Seriawan, dan Negeri Hatusua. Selanjutnya di Pulau Saparua seperti, Negeri Ulat, Negeri Tuhaha, Negeri Iha Mahu, dan Negeri Siri-Sori Kristen. Dengan masuknya bangsa lain inilah yang memberikan artikulasi dan pemalsuan terhadap cagar pengetahuan negeri ini.
Yance Z. Rumahuru dkk dalam tulisannya (2012);Islam Maluku Dalam Historiography Islam di Indonesia menjelaskan bahwa sebagian besar negeri-negeri di Maluku Tengah,terutama di Pulau Ambon, Haruku, Saparua, Banda dan sebagian Seram yang ada di daerah pesisir telah memeluk agama Islam. Fakta ini masih diketahui sebagian besar masyarakat di Maluku.  Beberapa negeri Kristen di Maluku Tengah mengaku bahwa penduduk negeri mereka  dulu beragama Islam, tetapi waktu kedatangan orang Eropa mereka di Kristen-kan.
4.    Terbentuknya Pulau Ambon.
Pulau Ambon adalah pusat pemerintahan dan pusat perkotaan serta merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku. Secara historis Pulau Ambon juga memilki jati diri dan cerita awalisasi peradaban di masa silam yang terbentuk oleh hadirnya seorang kakek yang bernama Kapitan Puriyasa. Beliau  adalah seorang Syech yang di utus dari negeri seberang untuk menjalankan tugas meletakan mustika ular di pertengahan kota yang berposisi pada benteng Victoria yang sekarang menjadi tempat aktivitas institusi keamanan Kavaleri Pattimura.
Kononnya tempat itu telah terjadi suatu proses mukjizat dari kakek tersebut dengan ijin Allah SWT, mustika ular itu dibanting yang kemudian akhirnya kakek Puriyasa memberikan nama Pulau tersebut menjadi Pulau Appona yang sekarang kita nikmati dengan nama Pulau Ambon.Beberapa kali terjadi perubahan bentuk pada nama pulau tersebut yakni: Pulau Appona (masa awal peradaban kakek Puriyasa),berubah menjadi Nama Ampona (masa Portugis),kemudian menjadi Ambonia (pasca kekuasaan Portugis dan awal Kedatangan bangsa Belanda) yang berarti pulau ular dan yang terakhir pasca kolonialsasi Belanda menjadi amboina dengan asumsi pemikiran bahwa pulau Ambon dan pulau Seram. Adapun namaasliPulau Ambon adalah nusa appona puriyasa(nama  besar itu terlukis indah di salah satu dinding pada benteng Victoria yang telah dikikis dengan sengaja oleh tangan-tangan yang tak bermoral dengan tujuan  untuk menghilangkan bukti-bukti arkeologinya).
Kata “Appona” adalah bahasa tanah (bahasa adat tua) yang telah dimaknai menjadi aupunadan bahasa ini kalau di Indonesiakan artinya “Saya yang mengerjakan”. Nama Ambon adalah bentuk kosa kata yang telah diganti oleh pemerintahan Belanda yang berkuasa saat itu dengan menggantikan  posisi Nusa Appona Puriyasa dengan Ambon.  Puriyasa” artinya“menanyakan Asal”. Jadi dimasaitu apabila ada orang asing yang masuk ke Pulau Appona kala itu , maka sang Kakek  menanyakan orang tersebut dari mana asalmu.
Keberadaan Kakek Kapitan Puriyasa mendiami wilayah Appona untuk menjalankan misi pda masa itu juga merupakan utusan  Imam Suci  Syech Zainal Abidin Al Hadad (Tete Datuk Maulana),proses itu berjalan dalam kurun waktu beberapa tahun lamanya sehingga Pulau Appona benar-benar berada dalam kekuasaanKapitan Puriyasa. Tetapi kemudian pada batas waktu tertentu kakek  Puriyasa selain menjalankan tugas besarnya meletakan mustika ular,  juga menjalankan Syiar Islam (abad Ke-2). Dengan beban tugas itulah Pulau  Appona saat itu, yang dipercayakan kepada seseorang yang sangat dipercaya dari negeri adat Soya, atas kesetiannya kepada Sang Kakek  untuk menjaga petuanan Appona sekaligus sebagai warisan kearifan lokal.  
5.    Maluku Dalam  Konsep Budaya Pela Gandong.
Maluku dalam konsep sejarah perjuangan  Indonesia adalah salah satu wilayah  yang  bersama 8 (delapan) Provinsi yang mengawal bangsa ini sampai pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkannya hari kemerdekaan oleh tokoh proklamator presiden yang pertama kita Bung Karno  adalah bentuk kepudilian masyarakat Maluku dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia. Dari hasil perjuangan itulah secara yuridis formal keberadaan Provinsi Maluku disahkan pada tahun 1958 dengan undang-undang No. 20 tahun 1958 yang dikeluarkan pada tanggal 1 juli 1958 yang berkedudukan di wilayah Indonesia Bagian Timur dengan luas wilayah 851.000 km2 yang di juluki sebagai negeri seribu pulau.
Kita tidak bisa menghindari segala[i] yang sudah menjadi keputusan Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala hak ciptaanya. Sebagai contoh hari kemerdekaan Republik Indonesia sebagai hasil perjuangan rakyat Indonesia, adalah atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa ketika Indonesia teruji sedemikian beratnya. Di Maluku sendiri yang berangkat dari sebuah bentuk peradaban yang kemudian melahirkan berbagai kisah disetiap periodik waktu, yang hingga saat ini itupun tidak terlepas dari adanya setting kekuasaan Allah SWT. Secara manusiawi, apabila yang dilakukan itu buruk, maka buruklah manusia itu, bahkan sebaliknyaturut berpengaruh terhadap suatu lingkungan. Semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
Ikatan Pela Gandong adalahperistiwa yang bukan berproses dengan sendirinya, tetapi ia berangkat dari suatu peristiwa yang terlahir atas sebuah situasi untuk mengkondisilkan bentuk sistem pluralitas masyarakat Maluku dalam satu ikatan darah atau basudara yang terputus akibat kondisi peralihan agama Islam ke agama Kristen yang secara sakral perlu dijaga nilainya sampai kapanpun, karena itu  merupakan konsep para petuah yang terikrar atas satu kesepakatan, dan  itu merupakan komitmen kebersamaan untuk menjaga keutuhan sebuah perbedaan yang sudah merupaka kehendak Tuhan yang tidak bisa di hindari, sehingga kronologis budaya yang masih hidup dilakoni yaitu sudara gandong antara satu negeri adat Islam dan satu negeri adat Kristen di bumi Maluku.
Siapapun orang Maluku yang masuk katagori negeri adat tidak mungkin mengingkari itu.  Konsep budaya inilah yang masih  tersisa yang diharapkan menjadi risalah konsekwensi  menjaga nilai persatuan, kebersamaan, etika dan moralitas insan manusia di negeri Maluku. Dan kalau penulis tidak terlalu urgen, Maluku adalah contoh bagi mereka yang lain untuk  belajar dari tatanan  nilai serta norma  rasa kemanusiaannya. Contoh kongkrit bahwa orang Maluku tidak pernah mempersoalkan kehadiran siapapun suku lain untuk berakses di berbagai aspek kehidupan. Itu bertanda bahwa orang maluku adalah contoh suru tauladan yang baik, yang mana secara hakekatnya  ada terdapat hubungan  garis benang merah terkait dengan  peletakan angka peradaban oleh manusia-manusia suci dan mulia di masa lalu.
Konsep Budaya Pela Gandongapabila penulis letakan dalam konsep Pancasila sebagai idiologi bangsa adalah Bhineka Tunggal Ika (berbeda beda tetapi tetap satu). Itu artinya bahwa keanekaragaman budaya suku, bangsa,ras bahasa dan agama merupakan satu kesatuan yang utuh, yang melambangkan kebersamaan bangsa dengan masyarakat secara totalitas. Bukan perbedaan yang kemudian menjadi cikal bakal perpecahan dalam memaknai ideologi  bangsa dalam doktrin kulturalisme dikotomi terhadap pluralisme yang tidak berangkat dari falsafah bangsa,apalagi gaya berpikir solipsisme menjadi kekuatan yang sulit dipatahkan dari gaya hidup masyarakat saat ini.
Sebagai warga masyarakat Maluku patut  kita bersyukur kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang mana atas segala maha   ciptaannya, kita di takdirkan terlahir dalam tetesan darah yang berketurunan anak asli Maluku, umumnyn wilayah bagian  Timur Indonesia, itupun ketika ada terrdorong keinginan untuk  mempelajari dan  mengetahui  substansi peradaban yang telah dititipkan oleh para leluhur kita sebelum negeri ini di pora-porandakan oleh kaum penjajah  yang telah mengikis sebagian budaya/adat yang telah dibangun oleh para perintis negeri Maluku padamasa lalu.
Pertanyaannya adalah, kenapa konflik horizontal 19 januari 1999 harus terjadi, kenapa ada upaya upaya konspirasi ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan  Repoblik indonesia kalau budaya Pela Gandong itu adalah konsep dasar integritas bangsa orang Maluku, terus dimana nilai posisi Kapitan Pattimura yang kita letakan menjadi logo kebanggaan. Di sampakah, atau di letakan dalam singgasanahati. Saya yakin dan percaya bahwa Roh Qudus Patimura serta para peletak peradaban negeri ini pastinya kecewa, seperti yang mulia Nenek Boiratan yang diyakini masyarakat  Tenggara, yang mulia Nenek Luhu yang diyakini masyarakat Soya dan Ambon (dua sosok wanita suci yang juga sebagai tokoh penyiar Islam dan mereka adalah Wali Allah). Maka saya bisa berasumsi bahwa peristiwa 19 berdarah adalah suatu kutukan atau azab Allah SWT sebagaimana janji-Nya dalam surat Al-Mulk kepada kita, terhadap semua perilaku diskriminasi, rekayasa, spekulasi yang begitu kristal.
Kemudian insiden lari obor Pattimura yang merupak bagian riutual masyarakat Maluku yang tergolong dalam katagori negeri-negeri adat yang nuansanya bersyarat ikatan pela gandong yang terjadi tanggal 15 Mei 2012harusnya tidak boleh terjadi, satu peristiwa yang dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral yang perlu dikutuk karena insiden itu telah mengorbankan jiwa manusia.Tapi seandainya peristiwa itu merupakan  konsekwensi atau campur tangan Tuhan melalui tangan manusia atas ketidakbenaran dalam meletakan Sosok Kapitan Pattimura pada posisi identitas yang sebenarnya,  maka dengan  berbagai persoalan itulah perlu  ditelusuri  sekaligus ditinjau kembali.
Kita harus yakin dan percaya bahwa apabila itu telah diposisikan pada yang sebenarnya, Maluku yang sama-sama kita cinta dan kita banggakan pasti akan mengalami perubahan besar. Dan bila itu tidak, konsep“Manggurebe Maju, Potong Kuku Rasa di Daging” hanyalah slogan. Dan juga  konsep bangkitlaah “Pattimura – Pattumura Muda” bukan bangkit untuk pemersatu, malah  bangkit menjadi srigala untuk saling memangsa manusia yang laindi Bumi Pattimura.
6.    Analogitas KepemilikanIdentitas Kapitan Pattimura.
Kapitan Pattimura merupakan sosok figur manusia yang memiliki keberanian sebagai pejuang nasional yang secara lokal berjuang di daerah maluku melawan radikalisme bangsa  kolenial, berjuang dengan seluruh segenap  jiwa dan raga, kesemuanya adalah demi mempertahankan keutuhan, harkat dan martabat bangsa dari rongrongan penjajah negeri ini. Beliau merupkan sosok zang pangerang  yang handal,  berjuang atas kebenaran yang sungguh beraqidah tanpa membedakan agama, suku dan budaya yang kemudian telah  melahirkan pondasi dasar  kebersamaan tanpa ada perbedaan, penuh semangat dan selalu mengalah demi keselamatan banyak orang, ulet dan beranai bertindak penuh perhitungan yang matang disetiap medan pertempuran.
Berdasarkan materi rujukan sebagaimana yang telah di gambarkan sebagai hasil deskripsi tulisan ini, maka perkenankan saya mengajukan berapa pertanyaansebagai berikut : Pahlawan Kapitan Pattimura itu lahir di Maluku di desa mana, memeluk agama apa, dan nama aslinya siapa.?..  Dari kesederhanaan pertanyaan di atas, penulis dapat mengambil subuah kesimpulan bahwa reaksi jawaban yang  muncul pasti akan berpariasi dari sekian jumlah manusia dan negeri yang ada di Maluku dengan variabel yang tentunya berbeda. Sebagai gambaran acuan pemikiran untuk menjawab kerumitan persoalan yang sungguh delematis diatas, kembali penulis mengingatkan kita pada bahan rujukan sjarah peradaban Maluku sebagaiman yang dijelaskan pada bagian ruang lingkup kajiandalam uraian singkat tentang Historiosasi awal pertumbuhan Islam yang menjelaskan tentang kehadiran Imam Suci Zainal Abidin Al-Hadad sebagai tokoh peletak fondasi Islam di Maluku abad ke 9 yang dikawal oleh tiga Kapitan.
Lebih jelas bahwa Imam Suci Zainal Abidin adalah Hujjah dari mata rantai Kenabian yang telah membentuk peradaban sebagai pewaris tahta kewalian (Waliyallah) dalam demensi Agama Islam yang sekaligus telah melahirkan peradaban kapitan dalam demensi budaya  sebagai alat pelindung risalah ketauhidan agama Islam dari kezaliman manusia. Rasionalisasi dari pijakan deskriptif di atas jelas bahwa di alam raya ini pasti ada pewaris ilmu yang juga merupakan mata rantai kenabian yang tidak pernah putus sampai akhir zaman yang merupakan Al-Haq atas dua dimensi tersebut. Dan tanda bagi mereka itu adalah Kewaliyan, yang kemudian dari tingkatan ilmu agama itulah, kepada mereka  munculah Karamah-Karamah yang selalu timbul  disetiap poros zaman meskipun global dan  moderen sekalipun telah terbukti secara  arkeologi dan bukti  secara aksiologi bagi mereka adalah pemberani atau militan karena kepada mereka pula mengalir darah peradaban kapitan .
Pertanyannya adalah di Maluku, Indonesia bahkan dunia, suka atau tidak suka, percaya atau tidak percaya bahwa apabila ada terdapat gambaran salahsatu Negeri yang memiliki kriteria atau talenta sebagaimana yang diuraikan diatas, mereka itulah pewaris segala ilmu pengetahuan agama dan budaya (Karamah dan Kapitan) karena dua demensi ini merupakan satu paket yang tidak bisa lepas pisah ibarat seperti laki-laki dan perempuan yang selalu saling membutuhkan. Dengan tidak mengurangi rasa hormat dengan penyampaian segala permohonan maaf, Kapitan Pattimura berdasarkan keterangan tersebut diatas  merupakan Sosok manusia atau Tokoh, Figur pewaris kapitan peradaban yang masih memiliki mata rantai. Maka analogi sebagai jawaban  terkait  pemilik hak atas identitas  Kapitan Pattimura adalah Negari atau Kampung yang memiliki talenta sebagaimana yang digambarkan diatas.
Perlu di sadari bahwa asas dari suatu kebenaran itu  terlahir bukan hanya berdasarkan pondasi pemikiran  belaka yang hanya bersifat referensif, Kebenaran itu adalah sesuatu yang mutlak dan murni yang tidak bisa di rekayasa oleh siapapun manusia di muka bumi. Yakin dan percaya bahwa kebenaran itu pasti akan datang untuk mengungkapkan semua yang namanya rekayasa.
Alif Lam Mim, sudah tidak ada keraguan lagi yang ada hanya kepastian dan kebathilan pasti akan lenyap.Yang pasti untuk saat ini hanyalah  rasionalisasi kebenaran yang merupakan reverensi mutlak dan kongkrit yang patut di teladani adalah kitab kitab Allah Nabi dan Rasulnya:   (Manusia yang mendapat wahyu atau hidayah Allah SWT), dan  kebenaran dari referensi yang lain selain yang di maksud itu apabila  terbentuk atas komitmen bersama demi kebaikan semua makhluk terutama manusia, bukan berdasarkan keputusan sepihak yang dapat mendatangkan kemudaratan.
Sebagai jawaban untuk memastikan kebenaran identitas Kapitan Pattimura dalam suatu golongan, negeri, kampung dan sukujelasnya penulis kembalikan kepada semua Insan manusia anak Maluku setelah mentelaah rujukan sedikit risalah peradaban Maluku  yang penulis paparkan. Kita harus ingat bahwa perbedaan itu adalah bil-rahmah, tapi bukan dengan perbedaan itu kemudian kita lakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Transparansi itu sangatlah penting menuju sebuah revolusi yang akan dihadapi generasi kita akan datang. Ketidakbenaran dan ketidakadilanitu akan melahirkanmanusia-manusia yang tidak bermoral.
Mengungkapkan suatu kebenarani terhadap sebuah identitas diri, agama, budaya, itu sebanrnya  lahir dari diri manusia itu sendiri tanpa terpojok oleh situasi sejarah dan keterangan yang tidak kondisional  dalam konteks mempelajari jalur risalah peradaban asal muasal jati diri manusia, bangsa dan alam semesta dengan maksudagar kita tidak keliru menempatkan segala sebuah fakta yang sebenarnya, itulah konsekuensi hidup secara horizontal, yang nantinya secara vertikal akan dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Rabbil Alamin.
“Sekapur Sirih”
“Wahai Eyang Pattimura, kami bersimpul dihadapan  roh qudusmu yang suci. Perjuanganmu  mengangkat martabat negeri ini  begitu besar sungguh bernilai, membuat namamu harum sepanjang zaman”.
“Tapi semua itu hanyalah kenangan. Padahal dengan nama besarmu yang menggema, membuat orang sempat bertepuk gendang sambil beryanyi dan bersyair sekalian melukis atas mereka”.
“Dan diantara pula, ada yang  membalas pukulan gendang sambil bersyair hingga berselisih, apa inikah balasannya kepadamu wahai sang suci..! Dimanakah kebenaran tepukan gendang aslimu dan bait-bait syair tentangmu, karena diantara mereka masih berselisih merebut nama besarmu sebagai pujian zaman”.
“Terimalah seribu salam dan Do’a kami di tahta kerajaan surgamu yang indah. Ampunilah kami atas segala kehilafan, dan kami yakin kebenaran akan datang demi jayanya negeri ini, Maluku menuju yang abadi”.
                                                                    

                                                                   Ambon, Desember 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar