Kamis, 20 Desember 2012

MENJEJAKI PERJALANAN PERADABAN MASA LALU MENUJU KEPEMIMPINAN YANG KHARISMATIK




Bung Karno sebagai pemimpin pertama RI dalam tulisannya berkata “bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pendiri negeri ini”. Kalimat diatas sangtlah sederhana, namun seakan mengajak kita untuk bagaimana mengelola  inspirasi gaya berpikir kita, ketika selama ini negeri Maluku,, tengah diperhadapkan dalam sebuah kriris kepemimpinan, karena pada pakta empirisnya, negeri ini seakan telah terjebak dalam gaya berfikir pragmatis. Sehingga pemimipin yang kemudian muncul telah melahirkan banyak distorsi yang turut meramaikan hiruk pikuknya keresahan atas ketidakadilan, ketidakjujuran yang dirasakan semua anak manusia di bumi Pattimura yang kita cintai begitu semakin kompeks dan dinamis.
Dengan tidak terlalu urgen, bahwa dengan berbagai dinamisasi persoalan yang semakin kompeks inilah, juga kaitannya dengan rencana  mengadopsi calon pemimpin Maluku1 (satu) tahun  2013-2018 dan seterusnya kedepan, agar ada kehati-hatian. Banyak pengalaman yang kita guriti atas semua bahasa-bahasa elegan para bakal calon. Ini iibarat bagikan proses sebuah reklame shampo di media elektronik yang sungguh becorak pada konteks kapitalisme. Dan inilah kenyataan yang tidak bisa kita hindari.
” Kata orang bijak bahwa, yang layak menjadi pemimpin masa depan di Maluku adalah orang yang memahami substansi peradaban masa lalu dan rahasia akan jati dirinya yang tersa sehingga negeri ini dirintis berdasarkan khasana perjuangan berasaskan kesabaran, kejujuran serta keiklasan”.
Ini bearti bahwa calon pemimpin masa depan adalah bukan calon pemimpin yang hanya berada pada tingkat pemahaman seputar wilayah historisasi sejarah yang didesain setelah paska penjajahan bangsa colonial yang telah turut merubah corak serta cagar budaya  keaslian negeri siwa rima yang semakin berubah menjadi pemikiran modernis. Yang pada lintas kenyaatannya, materi pinansial (uang) telah dijadikan senjata utama dalam penyelamatan polotik dan memusnahkan lawan siapapun orangnya, sehingga polotik tidak berlaku sedikitpun untuk orang-orang kecil yang tidak laku. Marilah kita  belajar dengan adanya regulasi UU  tentang konsep pemerintahan desa untuk kembali pada wilayah pemerintahan negeri adat adalah aicon dalam sitem pemerintahan terkecil di wilayah pedesaan berdasarkak tupoksinya.
Dengan demikian kepemimpinan Maluku akan datang, juga diharapkan harus kembali pada porosnya. Acuannya adalah Maluku  memiliki historisasi sejarah peradaban dengan talentanya yang begitu unik dan menarik adalah Pela Gandong yang merupakan titipan para petuah perintis negeri ini, sehingga dalam konteks kepemimpinan diletakan dengan metode kepemimpinan berjiwa “Pattimurah”. Pertanyaannya adalah, diantara kita yang pernah berselisih pada porosnya api dalam kleim mengkleim asal muasal terhadap kebenaran kepemilikan identitas Pattimurah dalam keegoan golongan dan suku, bahwa konrtibusi apakah yang telah kita berikan untuk negeri ini, terutama bagi mereka yang selama ini telah menjadi pemimpin. Karena substansi makna hakiki Pattimuran adalah bentuk kasih saying yang berhati nurani yang pada intinya memberikan kesejukan hidup setiap insan manusia, itulah wilayah Pela Gandong yang potong kuku rasa di daging.
Tetapi yang justru terimplementasi selama ini oleh setiap pemimpin, hanyalah nyanyian patamorgana. Ini berarti, generasi modernis terutama para pemipin dalam mengayun negeri ini sebagai nahkoda dalam sebuah bahtera telah kehilangan jejak-jejak peradaban masa lalu yang berjuang dengan sepenuh jiwa raganya yang terbangun secara integritas dalam rasa kebersamaan tanpa memilih dan memilah, sehingga ponemena peralihan menganut satu agama ke agama yang lain tidaklah menjadi  pesoalan dikala itu, tetapi dengan patwa janji pertiwi, bergantunglah pada seutai tali “Pela Gandong”.
Tulisan ini tidak pada tujuan menggurui, maka dengan merujuk pada uraian kalimat-kalimat diatas saya mengajak, merilah kita berdo’a disetiap rumah Allah Tuah Yang Maha Esa yang  banyak terbentang indah yang berdirih kokoh dengan kemegahannya. Sehingga pemimpin yang di idamkan akan datang dikemudian hari  sebagai sosok pamutan, bukan sosok ambisius yang notabenya selalu menggarap keuntungan diatas penderitaan rakyat. Philosofinya bahwa aura perwujudan Pattimura semoga akan muncul dan tumbuh, dan akan berkembang di tengah-tengah dahsyatnya kezaliman umat dengan kecongkakan yang tidak pernah padam, yang akan hadir Memusnahkan berbagai berhala dalam gaya polotik di Maluku. Firman Allah; apabila kebenaran itu datang, maka apapun bentuk kezaliman akan hancur sirnah.
Kitab Zabur, Tauran, Injil dan Al-Qur’anul qarim  adalah obat bagi manusia jika manusia mengetahui akan maknanya. Bukan dijadikan sebagai senjata untuk saling menghacurkan, yang fatalnya adalah, telah terjadi penampakan desain dalam bentuk rekayasa system membuat umat manusia hilang kepercayan jati dirinya terhadap suatu perlakuan yang diharapkan melahirkan sikap moralitas yang bedidikasih tinggi. Bukan sebuah kenastapaan akibat doktrinasi pada metode yang tidak tepat guna, membuat napsu gemelapan dunia telah banyak membuat manusia buta akan kasih sayang yang sisertai kebutaan akan hati nurani telah pula membuat banyak manusia menederita karenanya. Dan kita harus ingat bahwa setiap  agama tidak pernah mendidik penganutnya untuk berbuat kejahatan.
Dengan berbagai dinamika persoalan yang kita hadapi saat ini, harus yakin dan percaya dengan merujuk pada bahasa orang bijak bahwa  Hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan (kepemimpinan) kepada pilihannya sebagai Al’Hak tinggal menunggu ketentuan waktu saja. Dunia kabir (nyata) meminta manusia hidup dan mengajak manusia tentang kehidupan. Hidup ini bukan darimana memulainya, tapi hidup itu bagimana perjuangnnya. Hidup ini bisa membawa kita untuk pemberdayaan sesama manusia dalam konteks peduli kasih. Jadikan diri dalam kehidupan dunia menjadi mulia, dan akherat mendapatkan hidup di alam keabadian. Untuk itu banyaklah berdo’a akan  datangnya sosok yang memiliki talenta cinta dan menciptakan kasih sayang sekaligus akan membangun sitimatis bagi manusia alam kehidupan ber fiddunia hasanah wafil ahirah hasanah secara kaffah (Syech Achmad Muhammad Yusuf Waliyallah) Amin.  
                                                                         Desember 2012
                                                                             Penulis
                                                                   (Sofyan Marasabessy SP).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar